Senin, 05 Januari 2009

Perjalanan di Surabaya

Perjalanan Promosi Buku Hidangan Favorit ala Mediterania di Surabaya



Berangkat ke Gambir lebih awal di Kamis petang dari Kebun Jeruk saya merasa santai saja. Jadwal KA ke Surabaya dari Gambir jam 20.00 WIB. Jam 17.00 WIB saya sudah tiba di Gambir. Mendapati Mas Iqbal Santosa sudah tiba di Gambir juga.
Gia dari Digibook belum juga nongol. Di sms ternyata sedang dalam perjalanan. Akhirnya bertemu Gia dan Mas Iqbal di kantin tempat saya membeli jus mangga.

Berbeda dengan KA yang saya naiki ke Yogya. KA ke Surabaya yang saya naiki tampak kurang terjaga kebersihannya. Walau pun kami duduk di kelas executive. Baru beberapa menit duduk, sudah dihidangkan nasi goreng dan teh manis. Saya sulit memakannya dan teh manis tidak dapat saya minum. Karena saya pergi menjenguk ke gerbong restoran yang berjarak satu gerbong saja dengan tempat duduk kami. Saya duduk bersebelahan dengan Gia. Sedang Mas Iqbal berada di gerbong lain.

Baru melangkah melewati besi pemisah antar gerbong yang gonjang-ganjing. Saya sudah mencium bau tak sedap dari WC. Saya melihat jejeran jiregen plastik yang warnanya sudah buram dan terlihat kotor. Jirigen itu tampaknya bekas diisi air teh. Kemudian saya melongok kembali dan melihat tukang masak restoran sedang mendengkur di lantai disisinya ada kotak kosong roti dari bakery. Lantai restoran tampak hitam dan kotor. Jajaran alat masak, piring, panci, gelas dan perlatan lainnya di dapur kotor dan berserakan. Saya tidak dapat membayangkan bagaimana nasi goreng yang dihidangkan oleh pramugari-ra di KA tadi tampak rapi. Tetapi asalnya dari gerbong restoran yang sangat kotor tadi.

Sampai di stasiun Pasar Turi hari masih pagi. Sekitar jam 6.00 WIB. Sejak di dalam KA, Pak Andreas Adi manager Toga Mas Surabaya sudah sms-an dengan saya. Kereta tiba agak lambat dari jadwal semestinya. Lambat satu jam. Turun di stasiun langsung menuju ke pintu keluar bagian belakang. Wajah Pak Andreas belum juga tampak. Saya mendapat panggilan telepon genggam, ternyata Pak Andreas sudah menunggu sejak tadi di ruang tunggu dekat loket. Kami menuju kea rah ruang tunggu dan ternyata Pak Andreas sudah berjalan mencari kami. Akhirnya kami memutuskan menunggu hingga beliau datang ke lokasi kami. Agar tidak cari-carian lagi.

Pak Andreas tinggi, agak gembul, senyuman pasta giginya ramah. Benar-benar sangat bersahabat dan kami cepat akrab. Logat Jawa Timurannya terdengar kental walau kami berbahasa Indonesia. Bersalaman dan saling memperkenalkan diri. Kami dibawa menuju ke mobil Kijang tahun 80-an miliknya. Terasa lega seteah duduk lama di kereta api yang semak.

Kami ditanya hendak sarapan apa Jumat pagi itu. Langsung saya jawab spontan “Pak Andreas tolong bawa kami ke tempat soto paling enak di Surabaya.”
“Soto apa Mbak? Soto daging apa soto ayam?”
“Tolong ke soto ayam saja,” jawab saya mengingat saya harus hati-hati menkonsumsi daging akibat jantung saya sudah pakai device amplatzar.
Dari penampilan tekstur tubuh Pak Andreas saya sudah mengira bahwa beliau pasti senang makan. Dan ternyata dugaan saya benar. Beliau menerangkan bahwa dia suka sekali menjelajah ke tempat makanan yang lezat di Surabaya.

21 Nopember 2008, Jumat pagi itu adalah saat pertama dalam hidup saya menginjakkan kaki di ibukota Jawa Timur. Seumur hidup saya belum pernah ke Surabaya. Walau pun zaman saya masih kerja di Litbang Perum Pegadaian sering ke daerah untuk meneliti kinerja kantor cabang. Saya pernah ke Ujung Pandang, Sumatra dan kota di Jawa Tengah. Jawa Timur belum pernah.

Dari stasiun Pasar Turi, kami dibawa menjelajah Surabaya. Saya melihat Surabaya hamper mirip Yogyakarta. Mirip jika dilihat dari jalan rayanya yang sempit dan banyak tanaman hijau di setiap sudut kota. Berhenti di sebuah warung (lebih tepat warung ya sebab kalau restaurant tempatnya kurang luas). Soto yang diminati oleh Pak Andreas saat itu dipilih Soto Gubeng Pojok di Jalan Kusuma Bangsa 30. Kuah soto dimasak dalam panci aluminium besar. Disisi panci daging dan telur rebus. Dengan senang hati penjualnya bersedia difoto.

Dalam warung soto tersebut ternyata ada Encik yang menjual minuman dan beberapa jenis makanan ringan. Saya memilih ketan srikaya dan minuman saya pesan air sari kacang hijau. Terasa lezat sekali soto daging dengan irisan jeruk nipis. Air sari kacang hijau yang hangat juga terasa sangat sedap ditenggorakan dan lidah. Walau pun cita-cita ingin makan soto ayam belum kesampaian. Saya merasa nyaman telah menikmati soto gubeng.

Cek in di Hotel adalah jam 12.00 WIB keatas, maka untuk menanti waktu itu kami sempatkan berkunjung ke MP Book Point (Mizan) di Surabaya. Mas Iqbal bertemu manager Mizan di Surabaya. Dan Mas Iqbal memutuskan untuk sholat Jumat bersama dengannya. Saya dan Gia diajak Pak Andreas ke gerai Toga Mas di Mal.

Jam sudah hampir 12 siang. Saya meminta agar dibawa ke penjual gado-gado yang enak. Pak Andreas yang memang senang wisata kuliner. Mengajak kami ke warung gado-gado Kupang Jaya Cak Dar.

Warungnya hanya memakai tenda dan tempat duduk hanya dua baris saja. Namun pembeli yang antri sangat ramai. Tak lama memesan sepiring gado-gado dengan ketupat dihidangkan. Hmmm rasanya… benar sangat lezaaat. Saya merasa gado-gado ini yang paling lezat yang pernah saya nikmat. Sudah acap saya makan gado-gado Padang, Betawi dsbnya. Cuma gado-gado Cak Dar ini terasa beda di kuah saus kacangnya. Entah apa rahasianya, saya tidak sempat tanya. Ingin tambah rasanya. Cuma malu juga.. h ehe heee

Petang harinya acara book signing diadakan di Toko Buku Diskon Toga Mas Diponegoro. Letak gerai Toga Mas yang baru ini dekat dengan lambang kota Surabaya. Patung buaya dan ikan. Sayang saya belum sempat berfoto didekat lambang kota itu.

Selesai book signing kembali wisata kuliner makan malam. Kali ini tujuan ke rawon. Saya lupa nama tempatnya, yang saya ingat bukan rawon setan. Sebab menurut penuturan Pak Andreas rawon ini lebih lezaat daripada rawon setan. Warung rawon ini menurut penuturan, konon tempenya pernah dipesan oleh SBY. Karena sudah kecapekan saya hanya semangat memfoto hidangan rawonnya, tahu dan tempenya.

Kembali ke Novotel, beribadah dan sempat menonton tv dulu. Tak lama saya sudah terlelap akibat keenakan menikmati hidangan dua jenis soto dan gado-gado yang unik.

Pagi hari sarapan di hotel. Makanan beraneka ragam. Serba ada. Dari mulai bubur kacang hijau, mie ayam, bubur sum-sum, pecal, sosis, donat, hingga buah zaitun pun ada. Sangat banyak minuman dan makanan melimpah ruah disaat breakfast di hotel.

Siang hari acara demo masak diadakan di gedung perpustakaan kota. Berbagai umbul-umbul buku Hidangan Favorit ala Mediterania dipasang di depan gedung dan dalam ruangan. Terasa waah! Bahkan Ibu Walikota juga diundang.

Demo masak tiga macam hidangan yang saya tulis di buku. Ada Frittata, salad Yunani dan spaghetti. Undangan yang hadir cukup banyak. Semua bangku dipenuhi para Ibu anggota PKK. Ditambah lagi hiburan musik dang-dut yang diringi organ milik perpustakaan, membuat acara ini cukup heboh.

Buku juga dijual oleh Toga Mas di tempat acara dengan diskon 25% hanya pada hari itu saja. Pak Andreas telah sangat berjasa membantu acara di Surabaya ini. Bukan hanya mengenalkan saya pada kelezatan hidangan disana, juga memberi bantuan akomodasi selama menginap di Novotel.

Megara, 5 Januari 2009

2 komentar:

KEDAI AL-TAQY mengatakan...

KEDAI AL-TAQY (JL. PONDOK HIJAU PERMAI - SAMPING PINTU TOL BEKASI TIMUR). NIKMATI MENU-MENU ANDALAN KAMI : SOTO SULUNG MADURA, RAWON SURABAYA, BEBEK GORENG, BEBEK MERCON, BEBEK BAKAR, AYAM GORENG, AYAM BAKAR. ADA JUGA BAKSO MALANG, BUBUR AYAM, SOTO BETAWI, SOP IGA SAPI, PECEL LELE, PECEL MADIUN. HARGA RATA-RATA SEKITAR Rp 10.000 s/d Rp 15.000.

JieWa Vieri mengatakan...

Luar biasa banget, saya yg orang surabaya saja belum sempat mencicipi spot-spot kuliner yg dibahas diatas. Bravo..

Salam kenal ya mbak, sesama food enthusiast :)


Jiewa
http://www.inijie.com