Senin, 29 Juni 2009

Perjalanan Ke Pulau Crete (Kreta)




Sempat debat dengan suami ketika dari kantornya diumumkan tahun ini seluruh pekerja di perusahaan minyak milik negara Yunani Ellenika Petrelea akan berlibur ke beberapa pulau. Tahun 2009 ini ditawarkan liburan ke pulau Kerkira, Rodos, Crete dan Porto Heli yang dekat dengan pulau kecil Spetses. Saya memilih liburan ke Crete sebab sudah lama saya idamkan ingin mengunjungi pulau kedua terbesar di Eropa setelah pulau Sicily di Italia (Cyprus tidak termasuk- sebab bagi saya pulau Cyprus adalah negara). Sedangkan suami saya memilih pergi ke Porto Heli kembali- sebab Porto Heli bisa dicapai dengan mobil dan jaraknya tidak terlalu jauh dari Megara. Sedangkan Crete harus naik Ferry selama 9 jam lamanya. Perdebatan berakhir dan suami mengalah pergi ke Crete, Porto Heli kami sudah kunjungi tahun lalu.

Alat Angkutan
Berangkat dari Megara sejak jam 6.30 sore menuju pelabuhan Pireas di Athena, anak-anak tampak senang sekali. Sebab kami jarang sekali liburan panjang. Liburan ke Crete selama seminggu yang ditanggung perusahaan terasa melegakan kocek di masa krisis ekonomi ini. Ongkos tiket Ferry dari Pireas-Chania untuk dewasa 19 euro di deck. Jika dengan cabin akan dikenakan lebihmahal lagi- sekitar 25 euro satu tempat tidur kelas ekonomi. Untuk anak-anak dibawah umur 5 tahun gratis. Tarif gratis ini juga berlaku di seluruh tempat hiburan dan angkutan darat-laut di Yunani.

Memilih naik Ferry lebih menyenangkan, disamping ekonomis dan bisa membawa kendaraan sendiri dari rumah. Sebelum berangkat suami ingin meninggalkan mobil di rumah, dan berencana ingin menyewa mobil di pulau Crete. Alasannya ongkos mobil lebih mahal jika naik Ferry. Mobil pp naik Ferry dikenakan biaya 140 euro, hampir 5 kali lebih mahal dari mengangkut manusia. Kembali saya sarankan agar mobil dibawa saja, sebab setahu saya harga menyewa mobil di pulau lebih mahal dibandingkan di kota besar seperti Athena dan kota lainnya.
Harga bensin lebih mahal di pulau, dibandingkan di Megara yang harganya satu liter sekitar 1 euro, sendangkan di pulau Crete harganya mencapai 1 euro 20 cent. Membawa mobil sendiri dari Megara, menghemat ongkos taxi, bisa mengisi bensin full tank dan membawa barang apa saja masuk ke bagasi tanpa harus khawatir apapun jua.

Hmm memang feeling saya so good, harga menyewa mobil satu hari dikenakan biaya berkisar 40 euro hingga 60 euro. Harga sewa tergantung jenis mobilnya. Jika menyewa selama tiga hari lebih akan diberi diskon sekitar 25%. Sewa sepeda motor berkisar antara 30 euro untuk jenis motor bebek dan moto ngetrail berkisar 40 euro per hari. Ingin naik motor gede merek BMW atau Harley Davidson pun ada di tempat persewaan.



Suasana di FerryMemang tidak salah pilihan saya liburan bersama anak-anak ke Chania yang disebut-sebut sebagai Ratunya wilayah Mediterania. Berangkat jam 9 malam tiba di pelabuhan Souda (bekas pangkalan militer Amerika), tepat jam 6 pagi kami sudah tiba di pulau Crete. Ferry yang membawa kami dipenuhi banyak turis asal manca negara. Saya berkenalan dengan remaja yang sedang berkeliling Eropa, Hillary dan seorang temannya wanita berasal dari Canada. Keduanya masih mahasiswi dan sudah menjelajah pulau Corfu di bagian sebelah barat Yunani. Sebelum ke Yunani mereka sudah singgah di Swiss, Perancis dan Italia. Sambil bercanda saya ingatkan mereka tentang Elizabeth Gilbert yang menulis buku Eat, Pray , Love tentang perjalanan ke beberapa negara. Sayang sekali, Hillary belum pernah membaca buku yang bestseller tahun 2008 tersebut.

Kini mereka satu kapal dengan kami menuju bagian Selatan Yunani. Megara tempat kami tinggal terletak di pusat Yunani dan berdekatan dengan kota Athena sebagai ibu kota Yunani.
Memasuki Ferry jurusan Pireas-Chania, disambut oleh kru di tangga, ada dua tangga untuk naik ke atas Ferry. Tangga manual dan elevator. Karena suami memarkir mobil dalam Ferry, saya dan anak-anak menunggu di bawah anak tangga. Tampak banyak sekali turis asing dan lokal. Rombongan anak-anak cacat dan buta dibantu oleh orangtua mereka dan kru kapal menaiki elevator. Melihat pemandangan demikian, anak-anak saya ingatkan kembali untuk bersyukur.

Lama menunggu suami, kami putuskan naik ke atas lebih dahulu. Karcis di periksa oleh seorang petugas yang duduk di depan meja kecil tanpa pembatas ruangan. Melewati petugas sudah banyak kru yang berseragam warna biru tua menanti di depan loket penerima tamu. Para kru membantu tiap penumpang menuju cabin masing-masing.

Saya ajak anak-anak duduk di sofa berwarna merah yang memanjang di ruangan tersebut. Tak lama muncul suami dan kami sekeluarga naik ke ruangan atas. Sambil melihat sekeliling, saya agak kaget melihat banyak sleeping bag, sprei, selimut yang terbentang di atas lantai. Terutama di lantai bawah yang terdapat gereja, di sekelilingnya peuh dengan penumpang yang duduk selonjor di lantai. Ada yang sedang membaca, ada yang membuka lap top dan ada yang sibuk memberi makan-minum hewan peliharaan yang di bawa bersama di atas Ferry. Tempat hewan peliharaan terpisah dari manusia. He he jangan disamakan dengan Ferry di Indonesia yang semrawut dan agak kotor. Ferry di Yunani, sangat bersih dan ada petugas keamanan yang berkeliling memeriksa keadaan.

Petugas keamanan, berkeliling mengingatkan penumpang yang tidak mendapat cabin (kamar tidur) agar tidur di bawah. Dilarang tidur di sofa. Juga tas dan barang bawaan harus diletakkan di lantai. Sangat jarang terjadi pencurian atau kehilangan barang jika melakukan perjalanan di Yunani. Selama saya melakukan perjalanan di berbagai tempat di Yunani, sangat aman. Hanya di musim semi terjadi pencurian yang dilakukan oleh orang Gypsi. Itu pun dilakukan mereka di rumah-rumah kosong dan tak berpenghuni mengambil sepeda dan besi bekas buat dijual lagi.

Di dalam Ferry tiap lantai dihiasi oleh tanaman hias, lampu gantung yang besar dan karpet yang bersih. Tempat sampah diletakkan di pojok. Tiap satu jam sekali petugas kebersihan mengangkat isi tong sampah. Intinya kebersihan sangat dijaga. Kabin juga terdiri dari berbagai kelas, ada yang ekonomi satu kamar empat tempat tidur, ada yang deluxe dan luxury.

Restoran dan café terdapat di lantai dua, ada banyak restoran dan luas. Saya tidak tertarik makan di restoran, sebab sudah membawa bekal makanan dari rumah. Sebelum berangkat, saya sempatkan membuat nasi goreng pedas. Untuk suami dan anak-anak bekal spanakopita (pie bayam). WC terdapat di dalam restoran dan di tiap lantai. Bahasa Yunani dan Indonesia ada kesamaan untuk menamakan tempat buang air WC. Dalam WC ada dua wastafel besar untuk cuci tangan, sabun cair dna pengering tangan. Tiap cabin juga disediakan wc tersendiri, bahkan ada shower untuk mandi. Saya wudhu di dalam WC dan sholat di deck kapal, sebab deck sepi dan terbuka. Di dalam cabin juga bisa sholat hanya ruangan terlalu sempit dan tidak bisa miring memasang sajadah menghadap kiblat arah Tenggara.

Kota Kuno Chania


Keluar dari Ferry, suami ternyata sudah memprint dua kertas besar terletak di sebeah setirnya. Kertas map Chania dan satunya lagi kertas gambar peta wilayah pulau Crete. Tidak perlu bingung dan banyak tanya sebab dia ke pulau Crete 18 tahun silam. Keluar dari ferry mobil kami langsung tancap gas menuju hotel yang dipilih oleh perusahaan. Hotel bintang lima yang luas dan besar terletak di daerah Platania sekitar 4 km dari kota Chania. Tiba di kamar, anak-anak langsung membuat keributan dan melonjak-lonjak di atas kasurnya masing-masing. Hingga kamar kami diketok oleh tamu sebelah, barulah anak-anak bisa diam. Heboh suara anak-anak yang ingin segera nyemplung di kolam renang hotel. Waktu masih jam 7 pagi ketika masuk hotel, padahal waktu chek-in mulai jam 2 siang. Karena penerima tamu di hotel melihat kami membawa anak-anak, maka diizinkan masuk ke kamar lebih awal.

Pemandangan hotel yang menghadap laut dan pulau kecil, terasa sangat menyenangkan. Terdapat dua kolam renang besar. Di lantai dua dan lantai 4 terdapat kolam renang raksasa yang mengeliling hotel. Sesuai namanya Panorama Hotel, maka panoramanya juga indah. Banyak sekali bahasa Yunani yang dipakai dalam bahasa Indonesia. Misalnya; mata, beton, nanas, panorama, pergi(fige), dll.

Hidangan sarapan pagi disediakan telur rebus, buah-buahan, roti, cake, keju, yogurth dan berbagai jenis makanan lainnya. Sedangan hidangan makan malam lebih banyak disajikan salad dan sayuran daripada jenis daging. Setiap hari ada lebih dari 10 jenis salad, kacang-kacangan dan sayuran. Ikan dihidangkan tiap hari, serta daging lainnya. Saya melahap semua hidangan salad dan kacang-kacangan yang segar. Tanpa terasa lidah saya sudah adaptasi dengan selera mediterania. Sayang sekali selama seminggu tidak pernah dihidangkan nasi. Kalau tahu kan, pasti saya bawa beras dan rice cooker. Masak sendiri di hotel. Sebab kami mencuci baju dan bawa setrika sendiri diizinkan oleh pihak hotel. Intinya di Yunani, pelayanan sangat bersahabat dan toleransi. Hampir setiap hari di tepi kolam hotel diadakan resepsi oleh penduduk setempat untuk event pesta pertunangan, pernikahan.

Gastronomy


Jenis makanan di pulau Crete sama halnya dengan jenis hidangan yang kita temukan di restoran Yunani pada umumnya. Bedanya Crete punya beberapa masakan khas tradisonalnya. Ada pie yang isinya keju manis, ada beberapa jenis masakan yang dimasak dalam pillina (pot keramik) dan Cretan salad yang segar dan sedap memakai keju muda yang disebut mizitra yang mengandung sedikit lemak. Pulau yang terkenal dengan kisah Zorbas the Greek ini juga menyajikan banyak pilihan jenis masakan sayuran, kacang-kacang dan buah-buahan. Terkenal dengan minyak zaitunnya yang berasal dari wilayah Kolimvari, minyak zaitun Crete dikenal kualitasnya bagus setelah minyak zaitun asal daerah Kalamata yang merupakan minyak zaitun extra virgin terbaik di seluruh dunia. Hal ini telah diakui oleh seluruh ahli masak dan Chef dunia. Itulah sebabnya saya sangat jarang melihat penduduk asli yang gembrot.

Sempat bercanda dengan anak saya yan tertua, saya sebutkan bahwa asal kata keriting dalam bahasa Indonesia berasal dari Cretean. Sebab cirri khas lainnya- penduduk Crete berambut keriting.

Harga makanan di restoran sudah dikenakan tariff pas. Sama halnya di berbagai tempat turis lainnya, sudah diletakkan di depan restoran katalog dan papan harga special offer dari restoran-restoran di wilayah padat turis. Restoran yang terelatk di jantung pusat turis seperti di tepi pelabuhan harganya lebih mahal dibandingkan dengan restoran yang terletak di wilayah desa atau di tepi jalan menuju pantai Elafonisos. Pantai yang terbelah beberapa bagian dan airnya sangat dangkal serta jernih mengingatkan saya dengan pantai pasir putih di kota Padang. Pantai Elafonisis ini sangat landai dan airnya berwarna biru jernih tanpa ombak ramai didatangi turis manca Negara. Dari mulai orang Arab, Israel, Rusia, Itali, Jerman dan bangs alain bisa ditemukan di pantai yang berjarak sekitar 90 km pp dari wilayah Chania.



The Facts

Sama halnya ketika kami sekeluarga berlebaran tahun lalu di wilayah Naflio. Di Chania kami temukan mesjid yang dibangun oleh Turki pada tahun 1649. Mesjid yang dinamakan Yiali Tzami artinya mesjid tepi laut. Nama mesjid ini lebih dikenal sebagai Kucuk Hasa Pasya Mosque. Mesjid ini dibangun sebaai dedikasi untuk Hasan Pasya. Berbentuk segi empat dengan kubah bulat besar diatasnya. Juga dihiasi dengan enam kubah bundar kecil, tapi tanpa menara buat azan. Menara buat azan sudah dimusnahkan sejak abad 20. Tepatnya di tahun 1923 saat Yunani, merdeka dari Turki. Mesjid ini ditutup dan tidak diizinkan lagi buat tempat ibadah.

Seperti kita ketahui disaat Yunani merdeka dari Turki, terjadi pertukaran penduduk. Semua penduduk agama Kristen diusir dari wilayah Turki dan sebaliknya penduduk beragama Islam dipindahkan ke wilayah Turki.


Sama halnya mesjid yang terletak di jantung kota Athena, di Naflio mesjid Hasan Pasya di Chania ini juga ditutup dan dijadikan tempat pameran kesenian. Saat hari pertama kami berjalan-jalan di kota lama (paleopoli) Chania, mesjid dengn warna pink ini tampak sangat mencolok. Satu-satunya bangunan terbesar yang dibangun di tepi pelabuhan kuno, di sisi bawah bangunan benteng yang dibangun pada masa kekuasaan bangsa Romawi di Yunani ribuan tahun silam. Di sebarangnya tampak mercu suar yang bermenara ramping, dan sebuah restoran yang dibangun di sisi mercusuar yang disebut Fortezza (bahasa Italia). Di sisi kanan mesjid menempel toko penjual barang keramik. Di depannya berseliweran turis dan sado. Mesjid di tutup rapat dan di pintu bergelantungan dua tirai besar daro karung goni. Dari luar mesjid tampak bekas tempat wudhu yang terbuat dari marmer. Karena sudah biasa melihat pemandangan mesjid yang ditutup, kali ini perasaan saya tidak melankolis lagi. Hanya saya bertanya dalam hati kenapa sih mesjid ditutup, padahal sinagog milik orang Yahudi dizinkan beroperasi. Tanpa sengaja kami melewati lorong kota tua Chania, dan menemukan banyak turis bangsa Yahudi di Chania. Saya akan menulis pada bagian lain tentang sinagog kuno bangsa Yahudi.

Jawaban saya temukan, ketika tanpa sengaja kami berjalan berpapasan dengan seorang laki-laki tua. Suami saya mewawancarai Bapak tua tersebut. Sejarah perjuangan penduduk Chania melawan bangsa Romawi dan bangsa Turki. Disebutkan banyak wanita Yunani yang dijadikan sebagai hanum (selir) dengan paksa oleh tentara Turki dan gaya hidup bangsa Turki yang ala Arab. Memang saya temukan sebuah bangunan yang tidak jauh dari mesjid sebuah hamam (spa bangsa Turki). Berbeda dengan bangsa Indonesia yang mungkin mudah melupakan system kerja paksa, perkosaan wanita Indonesia oleh tentara Jepang dan siksaaan para pejuang kemerdekaan. Bangsa Yunani hingga kini masih belum bisa melenyapkan kebencian terhadap Turki yang menjajah mereka selama 400 tahun. Itulah sebabnya bagi bangsa Yunani, Islam identik dengan Turki. Hingga seluruh peninggalan Turki berupa mesjid ditutup dan tidak diizinkan dibuka.

Pelabuhan kuno yang terletak di kota lama Chania (saat ini kota yang disebut Chania berada dibagian luar pelabuhan), dipenuhi oleh restoran disekelilingnya. Pelabuhan kuno ini hanya digunakan untuk kapal layar kecil dan boat untuk turis. Kapal-kapal dan boat menyediakan petualangan berlayar ke pulau Lazaretta dan Theodore untuk melihat hewan yang mirip kambing liar bertanduk panjang yang disebut kri-kri. Biaya naik kapal layar kecil tersebut 10 euro selama 3 jam pp. Tidak berhenti di dua pulau tersebut, hanya melihat dari atas kapal dan penumpang juga disilahkan berenang melompat dari kapal ke pantai Lazaretta yang landai dengan pasir putihnya. Setiap penumpang diberi sajian buah-buahan dan minuman. Nama minuman keras dari pulau Crete ini pun sama dengan minuman khas Turki yang disebut Raki atau Tzikudia. Walaupun dua anak kami gratis biaya berlayar dan Aisyah dikenakan biaya setengah harga, kami tidak jadi ikut berlayar.

Di hari lainnya, saat kedua kalinya kami berjalan-jalan di kota lama Chania, kami temukan mesjid dibuka. Ternyata ada pameran fotografi oleh seorang fotorafer asal Crete. Saya sempatkan memfoto sekeliling mesjid. Masih utuh tampak kaligrafi tulisan Bismillaah dan ada kaligrafi lainnya di lengkungan tempat petunjuk arah kiblat dan tempat imam berdiri. Saya hanya bisa membayangkan saja, zaman dahulu mesjid digunakan untuk sholat berjamaah.


Shopping



Soal belanja, Chania sama dengan Athena. Semua merek ada di sana sebagai cabangnya. Souvenir yang menggiurkan adalah keramik buatan tangan, berupa piring bergambar seharga 20 hingga 70 euro dan pillina (panci dengan tutup) harga berkisar dari 25 euro hingga 45 euro yang besar. Gantungan kunci dan magnet seharga 1 euro 50 cent. Kaos souvenir Crete seharga 5 hingga 7 euro. Dan masih banyak jenis souvenir lainnya. Minyak zaitun di supermarket dihargai satu liter sekitar 7 euro 50 cent yg kualitas Kolimvari, jika beli langsung ke desanya bisa dapat 4 euro satu liternya.

Tomat Crete terkenal di seluruh Yunani sebagai tomat yang manis, sehingga turis domestik biasanya belanja tomat dan keju dari pulau ini. Selain itu souvenior terkenal dari pulau ini adalah pisau. Di setiap pisau diukir tulisan berupa puisi atau quote tentang persahabatan dsbnya, pisau biasanya diartinya sebagai tanda persahabatan. Diberikan kepada teman tersayang yang laki-laki. Suami saya membeli 3 pisau untuk oleh-oleh buat temannya. Jenisnya berbagai macam, ada yang berlapis perak diharga 80 euro, ada yang biasa gagang kayu seharga 8 euro dan plastik gagangnya 5 euro.




Suami saya yang tadinya ingin ke Porto Heli, ketika kami chek out dari Hotel setelah seminggu berada di Chania, dia terkesan dengan keindahan alam dan keramah-tamahan penduduk setempat. Memang kami rasakan sangat berbeda keramahan penduduk Chania dibanding kota dan pulau lainnya di Yunani yang sudah banyak kami kunjungi sebelumnya.*

Tidak ada komentar: